PROGRAM KREATIVITAS
MAHASISWA
(PKM-AI)
PAGUYUBAN TB “AWASI” (ATASI
PENYAKITNYA, WASPADA PENULARANNYA, IKUTI PENGOBATANNYA) : LANGKAH KONKRET
MENUJU INDONESIA BEBAS TUBERCULOSIS.
Amalia
Riza Umami, Bastomy Ali
Burhan, Zetiawan Trisno, Mochammad Sholehuddin
Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember
Jalan Kalimantan 37 Kampus
Tegal Boto Jember
ABSTRAK
Latar
belakang : Di Indonesia, TB merupakan penyebab kematian nomor tiga dan Jawa Timur termasuk penyumbang terbanyak di Indonesia. Di
Kabupaten Jember ada peningkatan
jumlah orang yang diduga dan positif menderita TB. Masalah
kesehatan tersebut perlu dipecahkan dengan
dibangunnya kemitraan yang efektif dalam penanggulangan
TB dan salah satu langkah untuk memecahkan masalah adalah dengan model kemitraan berupa
paguyuban TB.
Tujuan : Paguyuban TB “AWASI” ini bertujuan
untuk membantu menurunkan angka kesakitan TB yang menjadi masalah kesehatan di
masyarakat Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember
Metode : Kegiatan ini dilakukan dengan wawancara langsung, observasi dan dokumentasi data. Sumber data
yang digunakan yaitu
data primer dan sekunder. Lokasi pelaksanaan kegiatan dilakukan di di Kecamatan Sukowono. Analisis
situasi dilakukan pada tanggal 20-27 Juni 2011 sedangkan kegiatan sosialisasi
dan deklarasi Paguyuban TB dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2011.
Hasil :
Paguyuban TB ini terbentuk dengan ketua, sekretaris, bendahara dan tiga
seksi yaitu seksi
penjaringan, seksi pendampingan dan seksi penyuluhan. Seksi penjaringan berfungsi menjaring penderita, seksi pendampingan bertugas sebagai PMO (Pengawas Minum
Obat), dan seksi penyuluhan bertugas memberikan penyuluhan tentang TB.
Kesimpulan
: Paguyuban TB “AWASI” ini untuk membentuk sebuah kemitraan di dalam
masyarakat sebagai wadah untuk menghasilkan masyarakat mandiri yang peduli
terhadap kesehatan, khususnya penyakit TB paru. Kepengurusan dalam Paguyuban TB
ini terdiri dari mantan-mantan penderita TB, penderita dan petugas kesehatan
dari Puskesmas Sukowono. Dalam Paguyuban TB “AWASI” terdapat tiga seksi yaitu
seksi penjaringan, seksi pendampingan dan seksi penyuluhan yang ketiganya
bertugas secara sinergis menanggulangi penyakit TB di Kecamatan Sukowono.
Kata
kunci : TB, Paguyuban
TB, penjaringan, pendampingan, penyuluhan
ABSTRACT
Background : In Indonesia, TB is the third leading cause of death
and including East Java in Indonesia's largest contributor. In Jember Regency
there is an increasing number of people alleged to be positive and suffers from
TB. These health problems have to be solved with the building of effective
partnerships in tackling TB and one step to solve the problem is with the
Paguyuban TB / TB support groups.
Objectives :
Paguyuban TB “AWASI” aims to help decrease numbers of TB problems
in Sukowono District Jember Regency
Methods :
This activity is carried out by direct interview, observation and documentation
of the data. Data sources used are primary and secondary data. The location of
the execution of the activities carried out in the District of Sukowono. The
analysis of the situation carried out on the 20th-27th June 2011 while
socializing activities and declarations Paguyuban TB was held on July 29, 2011
Results :
Paguyuban TB was formed with a Chairman, Secretary, Treasurer and three
sections namely netting section, accompaniment section and counseling section.
Netting section functioned trapping sufferers, mentoring section served as PMO
(Pengawas Minum Obat/Trustees on medication), and counseling section give you
guidance about TB.
Conclusions : Paguyuban TB ”AWASI” is to build a partnership
within the community as the container to produce independent community who care
about health, espescially diseases of the pulmonary TB. Stewardship in this
Paguyuban TB consists of ex-former sufferers of TB, patients and health workers
from the Puskesmas Sukowono. In this Paguyuban TB ”AWASI”contained three
sections namely netting, mentoring and counseling section that synergistically
tackle TB in Sukowono.
Keywords : TB, Paguyuban TB, netting, mentoring, counseling
PENDAHULUAN
Di Indonensia berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT)
tahun 1995 menunjukkan bahwa penyakit, penyakit Tuberculosis yang menyerang paru-paru
yang lebih dikenal dengan sebutan TB paru, merupakan penyebab kematian
nomor tiga setelah penyakit kardiovaskuler dan penyakit saluran pernafasan pada
semua kelompok usia dan nomor satu dari golongan penyakit infeksi. WHO memperkirakan
bahwa di Indonesia setiap tahunnya setiap 100.000 penduduk terdapat 115 penderita baru TB paru dengan BTA
positif. Penyakit TB menyerang sebagian besar kelompok usia produktif.
Provinsi Jawa Timur juga belum
bisa lepas dari. Bahkan, wilayah ini termasuk penyumbang terbanyak di
Indonesia, diperkirakan ada peningkatan jumlah penderita TB hampir 45%
dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tercatat sebanyak 33.355 penderita naik
menjadi 35.877 penderita pada tahun 2006. (Kompas, 2007). Di Kabupaten Jember, terdapat 2.591
orang yang diperiksa untuk mengetahui status TB parunya. Dari jumlah itu
terdapat 1.815 orang yang positif TB paru. Sedangkan yang sembuh mencapai 1.627
orang. Pada tahun 2010, ada peningkatan jumlah orang yang diduga menderita TB
paru yaitu sebanyak 2.662 orang. Dari hasil pemeriksaan diketahui jumlah orang
yang positif menderita TB paru sebanyak 1.943 orang. Untuk tahun 2011 hingga
bulan April, sudah ada 736 orang yang diduga menderita TB paru. Dengan hasil
positif pada 543 orang. Angka DO di Jember mencapai 2 sampai 2,5 persen dari
total penderita TB paru. Angka DO yang terbilang cukup tinggi (Dinas Kesehatan
Kabupaten Jember, 2010).
Penyakit TB disebabkan oleh
bakteri Mycobakterium tuberculosa, yang
berbentuk batang dan bersifat tahan asam sehingga dikenal juga sebagai Bakteri
Tahan Asam (BTA). Penularan penyakit TB adalah melalui udara yang tercemar oleh
Mycobakterium tuberculosa yang
dilepaskan atau dikeluarkan oleh si penderita TB saat batuk. Bakteri ini masuk
ke dalam paru-paru dan berkumpul hingga berkembang menjadi banyak (terutama
pada orang yang memiliki daya tahan tubuh rendah). Gejala penyakit TB yaitu
demam tidak terlalu tinggi yang berlangsung lama, biasanya dirasakan malam hari
disertai keringat malam. Kadang-kadang serangan demam seperti influenza dan
bersifat hilang timbul, Penurunan nafsu makan dan berat badan, batuk selama
lebih dari 3 minggu (dapat disertai dengan darah), perasaan tidak enak (malaise), lemah, suara nafas melemah
yang disertai sesak, dan lain-lain (Kompas, 2007).
Menimbang masalah kesehatan tersebut pendekatan
yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut adalah perlunya dibangun
kemitraan yang efektif sesuai dengan yang dibutuhan untuk kelancaran program
penanggulangan TB dan salah satu langkah untuk memecahkan masalah adalah dengan
melibatkan model kemitraan atau paguyuban. Kemitraan pada esensinya adalah
dikenal dengan istilah gotong royong atau kerjasama dari berbagai pihak, baik
secara individual maupun kelompok. Paguyuban
di wilayah kerja Puskesmas dengan angka kesembuhan rendah adalah sebagai salah
satu pendekatan kemitraan yang berbasis komunitas dalam program penanggulangan
TB. Kegiatan dalam suatu paguyuban tersebut
meliputi penjaringan, pendampingan, dan promosi atau penyuluhan. Untuk membangun
sebuah kemitraan, harus didasarkan pada hal-hal berikut antara lain kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan, saling mempercayai dan saling
menghormati, tujuan yang jelas dan terukur, serta kesediaan untuk berkorban
baik, waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain (Fahruda, 2005).
Metode
pendekatan dengan menggunakan paguyuban dipilih karena paguyuban banyak
digunakan untuk menampung orang-orang yang memiliki minat, latar belakang,
motivasi yang sama dan kebanyakan digunakan untuk menumbuhkan rasa saling
memiliki dan persaudaraan. Demikian halnya dengan paguyuban penderita dan
mantan pendeirta TB Paru ini. Paguyuban TB yang berisi
masyarakat sekitar penderita akan lebih efektif membantu penanggulangan TB di
masyarakat karena masyarakat tersebut lebih dikenal dan lebih akrab dengan
penderita maupun suspect penderita TB
sehingga akan lebih diterima dengan tangan terbuka. Berbeda dengan petugas yang
belum tentu akan diterima dengan baik oleh mereka. Oleh karena itu pembentukan
paguyuban TB sangat efektif membantu upaya penanggulangan TB di Kecamatan
Sukowono Kabupaten Jember melalui kemitraan yang berbasis komunitas dari, oleh
dan untuk masyarakat menuju Indonesia Bebas TB.
TUJUAN
Tujuan Umum
Tujuan
utama pembentukan Paguyuban TB “AWASI” ini adalah untuk membantu menurunkan
angka kesakitan TB yang menjadi masalah kesehatan di masyarakat Kecamatan
Sukowono Kabupaten Jember. Tingginya angka kesakitan TB di kabupaten Jember
menjadi masalah yang perlu mendapatkan perhatian serius oleh pemerintah Kabupaten
Jember, khususnya Dinas Kesehatan sebagai penanggungjawab kesehatan masyarakat
di Kabupaten Jember. Untuk menanggulangi masalah TB ini, tidak hanya dapat
diselesaikan dengan upaya kuratif (pengobatan) saja, namun juga dengan upaya
preventif (pencegahan) yang berbasis kepada masyarakat. Dan itulah yang ingin
diwujudkan melalui Paguyuban TB AWASI ini.
Tujuan Khusus
Dari tujuan utama di atas, dapat dijabarkan menjadi beberapa tujuan khusus,
antara lain :
-
Sebagai wadah komunikasi diantara mantan penderita maupun
penderita TB,
-
Meningkatkan pengetahuan dan wawasan anggota mengenai
seluk-beluk TB paru
-
Menjaring suspect
penderita TB dan kemudian membawa ke Puskesmas atau tempat pelayanan kesehatan
lain untuk segera dilakukan penanganan lebih lanjut,
-
Membantu memantau mengawasi keteraturan meminum
obatmelalui PMO (Pengawas Minum Obat),
-
Langkah awal wadah pengembangan usaha untuk peningkatan
penghasilan mantan/ penderita TB yang
berasal dari tingkat sosial ekonomi rendah.
METODE
Metode yang digunakan dalam pelaksanaan kegiatan ini ada dua yaitu analisis
situasi dan pelaksanaan kegiatan. Sebelum pelaksanaan kegiatan dilakukan analisis
situasi yang berupa observasi dan survei di Kecamatan Sukowono. Kegiatan
tersebut bertujuan untuk mengetahui keadaan kesehatan masyarakatkhususnya
persebaran dan angka kesakitan penyakit TB. Kegiatan yang dilakukan ini adalah
bersifat observatif-deskriptif.
Kegiatan yang dilakukan adalah dengan wawancara langsung
dan observasi untuk mengetahui kondisi yang terjadi pada responden tanpa
melakukan intervensi tertentu. Selain itu dapat digunakan untuk mengambil analisis
situasi dan identifikasi masalah kesehatan masyarakat Kecamatan Sukowono
Kabupaten Jember. Kegiatan wawancara
dilakukan kepada penderita atau mantan penderita TB juga kepada bidan desa di
Kecamatan Sukowono. Wawancara penderita atau mantan penderita dilakukan untuk
menggali pengalaman mengenai apa yang dirasakan selama sakit dan berobat.
Sedangkan wawancara kepada bidan desa dilakukan untuk mengetahui gambaran umum
kejadian penyakit TB di wilayah kerja bidan tersebut, apakah terdapat warga
yang pernah atau sedang menderita TB atau tidak.
Sumber data yang digunakan yaitu data primer dan sekunder. Data
primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumbernya, yaitu data
dari hasil wawancara kepada warga penderita TB dan kepada bidan desa. Sedangkan
data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber data yang telah ada antara
lain : laporan puskesmas dan profil kecamatan. Misalnya data angka kematian dan
kelahiran, data keadaan geografis, jumlah penduduk, jumlah KK, dan program
kesehatan yang sedang di laksanakan di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.
Untuk pelaksanaan kegiatan sosialisasi
dan deklarasi pembentukan Paguyuban TB AWASI, metode yang dilakukan adalah dengan
koordinasi dengan seluruh pihak yang terkait, antara lain Puskesmas, Dinas
Kesehatan, Camat maupun bidan desa yang ada di tiap desa di Kecamatan Sukowono.
Koordinasi dengan pihak Puskesmas menjadi yang paling penting karena Puskesmas
Sukowono adalah penanggung jawab penuh kondisi kesehatan masyarakat di
Kecamatan Sukowono. TB merupakan salah satu masalah kesehatan yang menjadi
tanggung jawab Puskesmas yang memerlukan konesntrasi lebih dalam penanganannya.
Sedangkan pihak Camat Sukowono perlu dirangkul karena merupakan pemegang
otoritas tertinggi di tingkat kecamatan sehingga apabila membutuhkan kebijakan
dapat lebih terfasilitasi. Koordinasi dengan Dinas Kesehatan dilakukan untuk
mendapatkan izin dan dukungan dari pihak yang menjadi lembaga super-ordinat dari Puskesmas Sukowono.
Lokasi pelaksanaan kegiatan dilakukan di di Kecamatan Sukowono. Untuk
analisis situasi dilakukan pada 20-27 Juni 2011. Kegiatan rapat pembentukan
pengurus dilaksanakan pada tanggal 26 Juli 2011. Sedangkan kegiatan sosialisasi
dan deklarasi Paguyuban TB dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2011.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Analisis Situasi untuk Pengumpulan Data
Analisis
situasi dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dengan instrumen
kuisioner serta metode studi dokumentasi di dan Puskesmas. Hasil analisis
situasi untuk memperoleh data adalah sebagai berikut :
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
Studi dokumentasi untuk memperkuat dasar pembentukan
Paguyuban TB juga dilakukan dengan mencari data di Dinas Kesehatan Kabupaten
Jember. Data yang didapatkan mencakup data TB di Kabupaten Jember pada tahun
2009 dan 2010. Tahun 2009, terdapat 2.591 orang yang diperiksa untuk mengetahui
status TB parunya. Dari jumlah itu terdapat 1.815 orang yang positif TB paru.
Sedangkan yang sembuh mencapai 1.627 orang.
Gambar 1. Presentase
Orang yang Positif TB dari Pemeriksaan Status TB Paru pada Suspect TB tahun
2009-1011
Pada tahun
2010, ada peningkatan jumlah orang yang diduga menderita TB paru. Yakni
sebanyak 2.662 orang. Dari hasil pemeriksaan diketahui jumlah orang yang
positif menderita TB paru sebanyak 1.943 orang. Untuk tahun 2011 hingga bulan
April, sudah ada 736 orang yang diduga menderita TB paru. Dengan hasil positif
pada 543 orang. Dari data Dinas Kesehatan Kabupaten Jember yang telah dihimpun
menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan penderita TB yang suspect maupun positif.
Data Puskesmas
Sukowono
Diketahui
bahwa ada sekitar 65
orang penderita TB yang terjaring. Padahal, harusnya ada 700 orang penderita TB
yang terjaring selama satu tahun. Dari 65 penderita yang terjaring itu, hanya
23 yang positif padahal harusnya 65 orang yang positif. Penderita yang sembuh
hanya 17 orang. Lainnya mengalami DO (drop
out).
Data Hasil
Analisis Situasi
Berdasarkan hasil
wawancara yang telah dilakukan pada sampel di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember diperoleh
data responden penyakit yang diderita dalam satu bulan / tiga bulan terakhir
karena sakit tersaji dalam tabel 2
sebagai berikut :
Tabel 1. Distribusi Responden Berdasarkan Penyakit
yang Diderita Dalam
Satu Bulan / Tiga Bulan Terakhir Karena Sakit di Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember Tahun 2011.
No
|
Penyakit
|
Persentase (%)
|
1
2.
|
Batuk
Diare
|
28,49
18,82
|
3
4
5
6
7
8
|
ISPA
/ Pneumonia
TB
Thypus
Hipertensi
/ Jantung
Gatal-gatal
Lainnya (asam urat, influenza, tumor)
|
10,75
1,61
10,75
2,69
12,90
13,98
|
Total
|
100
|
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa di
Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember sebanyak 28,49 % warga menderita penyakit
batuk. Batuk tersebut dapat dicurigai sebagai TB paru apabila terjadi lebih
dari dua minggu.
Berdasarkan
hasil pengumpulan data dan analisis situasi, maka masalah TB perlu untuk segera
ditanggulangi. Dan Paguyuban TB merupakan solusi tepat untuk mengatasi
permasalahan TB paru di Kecamatan Sukowono, yang mengutamakan pemberdayaan
masyarakat untuk secara aktif dan tanggap turut serta mencegah dan membantu
mengawasi pengobatan penderita TB paru positif.
Paguyuban TB, Aplikasi Prinsip Kemitraan
dalam Penanggulangan TB
Kemitraan pada esensinya adalah dikenal dengan istilah gotong royong atau
kerjasama dari berbagai pihak, baik secar individual maupun kelompok. Menurut Notoatmodjo (2003), kemitraan adalah suatu kerja sama formal
antara individu-individu, kelompok-kelompok atau organisasi-organisasi untuk
mencapai suatu tugas atau tujuan tertentu.
Untuk membangun sebuah kemitraan, harus didasarkan
pada hal-hal berikut :
-
Kesamaan perhatian (common interest) atau kepentingan,
-
Saling mempercayai dan saling
menghormati
-
Tujuan yang jelas dan terukur
-
Kesediaan untuk berkorban baik,
waktu, tenaga, maupun sumber daya yang lain.
Adapun prinsip-prinsip kemitraan adalah persamaan atau equality, keterbukaan atau transparancy
dan saling menguntungkan atau mutual benefit (Notoatmodjo, 2003). Untuk mengembangkan kemitraan di bidang kesehatan secara konsep terdiri tiga
tahap yaitu tahap pertama adalah kemitraan lintas program di lingkungan sektor
kesehatan sendiri, tahap kedua kemitraan lintas sektor di lingkungan institusi
pemerintah dan yang tahap ketiga adalah membangu kemitraan yang lebih luas,
lintas program, lintas sektor. lintas bidang dan lintas organisasi yang
mencakup unsur pemerintah, unsur swasta atau dunia usaha, unsur LSM dan
organisasi masa serta unsur organisasi profesi.
Program penanggulangan TB di Jawa Timur dengan strategi DOTS secara operasional
telah dilaksanakan dan pencapaian angka indikator-indikator program dari tahun
ke tahun terus menunjukkan trend yang meningkat. Meskipun demikian dalam
pelaksanaannya dijumpai permasalahannya utama yaitu adanya kegagalan pengobatan
penderita dan masih rendahnya penemuan penderita TB baru.
Salah satu penyebab utama ketidakberhasilan
pengobatan adalah karena tidak teraturnya penderita minum obat. Ketidateraturan
minum obat terutana sebagai akibat dari peran pengawas minum obat (PMO) yang
kurang efektif, disamping penyebab lainnya misalnya timbulnya efek samping,
menderita penyakit penyerta, kerterjangkauan terhadap pelayanan kesehatan yang
sulit, tingkat pengetahuan penderita yang masih kurang sehingga kurang memahami
pentingnya berobat secara teratur dan sikap petugas kesehatan dalam memberikan
pelayanan yang diberikan oleh fasilitas kesehatan.
Selanjutnya untuk masalah masih belum tingginya
cakupan pengobatan TB atau masih rendahnya penemuan penderita adalah karena
masih kurangnya jejaring pengobatan atau kerjasama di sektor kesehatan sendiri
khususnya pemberi pelayanan kesehatan atau unit pelayanan kesehatan (UPK).
Selain itu masih kurangnya sosialisasi program pada masyarakat.
Salah satu pendekatan yang harus dilakukan untuk memecahkan
kedua masalah utama tersebut diatas adalah perlunya dibangun kemitraan yang
efektif sesuai dengan yang dibutuhan untuk kelancaran program penanggulangan TB
di Jawa Timur.
Paguyuban Penderita TB “AWASI” Kecamatan Sukowono
Salah satu pendekatan kemitraan yang berbasis
komunitas dalam program penanggulangan TB telah dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur yaitu dengan
adanya peran serta masyarakat melalui Paguyuban Penderita Tubekulosis Kecamatan Sukowono.
Kecamatan Sukowono adalah salah satu kecamatan di Kab.
Jember dan terletak di sebelah utara Kota Jember dengan jarak tempuh + 25 km yang berada di dataran
tinggi. Sebagian besar penduduknya bekerja
sebagai petani maupun buruh tani. Untuk memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan, penduduk lebih banyak
berobat ke Puskesmas Sukowono. Penyakit menular yang sering ditemukan adalah
diantaranya penyakit TB
Untuk pelayanan pengobatan TB, Puskesmas Sukowono
secara khusus mengumpulkan hari pemberian obat anti TBi (OAT) pada hari yang
sama sehingga sesama penderita sering bertemu dan saling tukar menukar
informasi terutama tentang penyakit yang diderita dan pengalaman berobatnya.
Adanya pemahaman bahwa penyakit TB yang dideritanya merupakan penyakit menular
sehingga dapat menularkan kepada orang lain dan dulunya dirinya sendiri secara
tidak sengaja tertulari. Selain itu adanya rasa senasib diantara sesama
penderita TB yang berobat secara teratur di Puskesmas Sukowono Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember.
Paguyuban TB didirikan agar warga khususnya warga Sukowono dapat mengontrol
pola hidup dan cara minum obat yang
benar sesuai dengan standart mutu. Selain itu masyarakat diharapkan dapat
meningkatkan kualitas kesehatan lingkungan dan perumahan penderita maupun
masyarakat umum. Serta yang terpenting adalah menyebarluaskan informasi tentang
penyakit TB. paru kepada keluarga penderita
dan masyarakat sekitarnya, sehingga bila ada penderita TB baru segera mendapat pengobatan.
Sosialisasi dan deklarasi Paguyuban TB dilaksanakan pada hari Kamis, 28
Juli 2011 di Puskesmas Sukowono dengan sasaran kader TB, Orang yang pernah
menderita dan masih menderita TB yang tersebar di 12 desa kecamatan Sukowono sebanyak 21 orang. Rangkaian acara awal dari rapat pembentukan
kepengurusan ini dimulai pukul 08.30 WIB, diawali dengan pengisian daftar hadir, kemudian
diberikan penjelasan tentang tugas dan tanggungjawab setiap anggota paguyuban
serta dilanjutkan dengan penyuluhan tentang penyakit TB. Setelah itu
pembentukan RTL(rencana tindak lanjut) yaitu kegiatan apa saja yang akan
dilaksanakan oleh organisasi.
Sosialisasi
dan Deklarasi Paguyuban TB mempunyai tujuan untuk meningkatkan penemuan penderita TB dengan BTA positif secara dini sehingga dapat segera ditangani, meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanggulangan
penyakit TB, mempermudah akses pelayanan penderita TB untuk
mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan standar mutu, sebagai tempat berbagi pengalaman dan silaturahmi antar
penderita dan mantan penderita, Sarana untuk menampung masyarakat yang
menderita maupun mantan penderita TB yang berfungsi untuk memberikan bimbingan,
pengobatan, pengayoman dan tempat ajang
silaturahmi antar penderita maupun mantan penderita TB, serta sharing agar para penderita maupun mantan penderita TB dapat
sembuh total dan percaya diri.
Hasil dari
kegiatan sosialisasi dan deklarasi paguyuban TB adalah peningkatan pengetahuan
dari peserta rapat yang didapatkan dari penyuluhan TB. Paguyuban TB ini
terbentuk dengan ketua, sekertaris, bendahara dan 3 seksi dimana tiap seksi
memiliki 5 orang anggota. Peserta juga merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan
dilaksanakan sesuai dengan seksinya dan
bisa berbagi pengalaman seputar pengalamannnya selama menderita sampai akhirnya
dapat sembuh.
Setelah dinyatakan sembuh, para mantan penderita ini
merasa ikut bertanggung jawab karena sebagai sumber penularan sehingga ikut
membantu mencari penderita yang dicurigai tertular TB dan ikut membantu sebagai
pengawas minum obat. Dalam Paguyuban TB “AWASI” terdapat tiga seksi, yaitu seksi penjaringan,
seksi pendampingan dan seksi penyuluhan. Adapun
tugas tiap seksi adalah sebagai berikut :
-
Seksi Penjaringan adalah seksi yang berfungsi
menemukan kasus baru maupun suspek yang ada di lapangan, mempunyai tugas menjaring penderita, mengirimkan dahak, mempunyai target, mendapat bonus
bila BTA positif.
-
Seksi Pendampingan adalah bertugas sebagai PMO (Pengawas Minum
Obat), membantu menyelesaikan keluhan dengan saran sesuai pengalaman
sebagai mantan penderita, melapor pada
petugas bila ada keluhan lebih lanjut, mengantar dahak untuk pemeriksaan ulang
setelah pengobatan selama 2 bulan dan 5 bulan.
-
Seksi Penyuluhan mempunyai tugas memberikan penyuluhan tentang TB
khususnya kepada masyarakat sebagai upaya untuk pencegahan. Di setiap desa harus ada yang
mempunyai tugas memberikan penyuluhan perorangan, kelompok dan saat pertemuan
rutin.
Ketiga seksi tersebut diharapkan mampu mengatasi permasalahan TB di
Kecamatan Sukowono melalui kerja sama yang sinergis dari ketiganya karena pada
hakikatnya ketiga seksi di atas merupakan sebuah kesatuan yang tidak
terpisahkan.
Program Pembentukan Paguyuban TB AWASI ini merupakan
suatu bentuk pengabdian kepada masyarakat sebagai peran aktif mahasiswa untuk
membantu menurunkan angka kesakitan TB yang menjadi masalah kesehatan di
masyarakat Kecamatan Sukowono Kabupaten Jember. Tujuan utama dari program
pembentukan Paguyuban ini untuk membentuk sebuah kemitraan di dalam masyarakat sebagai
wadah untuk menghasilkan masyarakat mandiri yang peduli terhadap kesehatan,
khususnya penyakit TB paru. Kepengurusan dalam Paguyuban TB ini terdiri dari
mantan-mantan penderita TB, penderita dan petugas kesehatan dari Puskesmas
Sukowono. Dalam Paguyuban TB “AWASI”
terdapat tiga seksi yaitu seksi penjaringan, seksi pendampingan dan seksi
penyuluhan yang ketiganya bertugas secara sinergis menanggulangi penyakit TB di
Kecamatan Sukowono. Paguyuban TB “AWASI” yang telah didirikan semoga dapat
menjadi inspirasi bagi berbagai pihak di seluruh Indonesia untuk lebih
meningkatkan rasa kepedulian sosial dan bekerja sama dengan masyarakat dan
petugas kesehatan untuk bersama-sama membangun kesehatan masyarakat Indonesia
menjadi lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Dinas Kesehatan Kabupaten Jember. 2010. Data Pokok Program TB Paru
Kabupaten Jember. Jember: Dinas Kesehatan Kabupaten Jember
Fahruda,
Ansarul. 2005. Paguyuban Penderita TB
Paru Kec.Sukowono Kab. Jember (Suatu Model Peningkatan Penemuan Penderita TB
dan Pengawas Minum Obat Berbasis Masyarakat). Surabaya: Laporan supervise
PTO East Java
Notoatmodjo,
Soekidjo, 2003, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.